PEMBUATAN SEDIAAN HERBAL
A. Informasi Umum Sediaan Herbal
Dalam buku ini yang dimaksud dengan Sediaan Herbal adalah sediaan obat
tradisional yang dibuat dengan cara sederhana seperti infus, dekok dan.sebagainya yang berasal dari simplisia.Simplisia adalah
bahan
alamiah berupa tanaman
utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman yang digunakan sebagai obat dan
belum mengalami pengolahan
atau mengalami pengolahan secara sederhana serta belum merupakan zat mumi kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya
atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa
zat kimia mumi.
Setiap judul monografi menggunakan nama Latin dari simplisia yang terdiri atas nama marga (genus)
atau nama jenis (species) atau petunjuk jenis (specific epithet) tanaman asal, diikuti dengan bagian tanaman yang dipergunakan. Ketentuan ini tidak berlaku untuk sediaan herbal yang diperoleh dari
beberapa macam tanaman yang berbeda-beda
marganya maupun eksudat
tanaman.
Pada monografi setiap simplisia dicantumkan informasi tentang deskripsi, efek farmakologi, indikasi, kontra indikasi,
efek
yang tidak diinginkan,
peringatan dan perhatian,
interaksi, posologi.
Pada
deskripsi diuraikan nama
Latin tanaman dan bagian yang digunakan, pemerian serta makroskopis dari bagian tanaman yang digunakan. Cara
keija obat atau efek farmakologi didukung oleh data penelitian praklinik maupun data
klinik.
B. Cara Pembuatan Sediaan Herbal
1. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
Dalam membuat sediaan herbal terdapat beberapa faktor yang harus diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap khasiat dan keamanan
Acuan Sediaan Herbal Volume Kedua
penggunaan sediaan herbal tersebut untuk pengobatan. Adapun faktor-faktor yang dimaksud adalah:
1) Identifikasi
Sebelum menggunakan sediaan herbal sebagai obat harus dipastikan bahwa tidak menggunakan bahan tanaman yang salah. Menggunakan sediaan herbal yang salah dapat menimbulkan efek yang
tidak diinginkan atau keracunan.
2) Peralatan
Peralatan panci/wadah yang digunakan sebaiknya dari bahan gelas/ kaca, email atau stainless Steel. Gunakan pisau atau spatula/pengaduk yang terbuat dari bahan kayu atau baja, saringan dari bahan
plastik atau nilon. Jangan menggunakan peralatan dari bahan aluminium karena dapat bereaksi
dengan kandungan kimia tertentu dari tanaman yang mungkin toksis.
3) Penimbangan dan pengukuran
Pada umumnya timbangan dapur dapat digunakan walaupun dengan gelas ukur lebih akurat Ukuran
gram atau liter lebih mudah dan umum digunakan dari
pada ukuran besaran lainnya. Apabila
mendapat
kesukaran dalam menimbangjumlah yang sedikit/kecil
seperti 10 gram, maka
dapat
dilakukan dengan penimbangan 20
gram, kemudian hasil penimbangan dibagi dua
4) Derajat kehalusan bahan tumbuhan obat
Dalam penyarian bahan berkhasiat yang terdapat dalam bahan tumbuhan obat, derajat kehalusan
merupakan hal yang penting. Derajat kehalusan bukan merupakan
faktor tunggal yang
mempengaruhi proses pelepasan
bahan
berkhasiat,
tetapi
jumlah
dan sifat
alami dari bahan pendamping/ metabolit primer lain yang terdapat
dalam bahan obat
juga memegang peranan penting
5) Penyimpanan
Sediaan herbal yang berbeda dapat bertahan untuk jangka waktu yang berbeda sebelum mulai berkurang/kehilangan kandungan bahan beikhasiatnya. Simpanlah infus dan dekok di dalam lemari pendingin atau pada tempat yang teduh. Infus harus dibuat segar setiap hari (24 jam) dan dekok harus digunakan dalam waktu 48 jam. Tingtur dan sediaan cair
lainnya seperti sirup dan minyak atsiri periu disimpan dalam botol berwarna gelap pada tempat yang teduh terlindung dari cahaya matahari dan dapat
bertahan selama beberapa bulan atau tahun.
2. Macam sediaan herbal Infusa (infus)
Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu
90°C selama 15 menit. Pembuatan infus merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat
sediaan herbal dari bahan yang lunak seperti daun dan bunga. Dapat diminum panas atau dingin.
Khasiat sediaan herbal umumnya karena kandungan minyak atsiri yang akan hilang apabila tidak
menggunakan penutup pada
pembuatan infus.
Pembuatan:
Campur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas tangas air
selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90°C sambil sekali-kali diaduk. Serkai
selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang dikehendaki. Infus simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai setelah
dingin. Infus simplisia yang mengandung lendir tidak boleh diperas. Infus simplisia yang mengandung
glikosida
antrakinon, ditambah larutan
natriumkarbonat
P10 % dari bobot simplisia.
Kecuali
dinyatakan lain dan kecuali untuk simplisia yang tertera di bawah, infus yang mengandung bukan
bahan berkhasiat
keras, dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. Untuk pembuatan 100 bagian inti»
berikut
digunakan sejumlah yang tettera.
Kulit Kina 6 bagian DsjinDigtefis 0,5 bagian Akarlpeka 0.5 bagian Daun Kumis Kucing
0,5 bagian Sekale Komutum 3 bagian Daun Saja 4 bagian Temulawak 4 bagian
Dekokta
(Dekok)
Dekok adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi sediaan herbal dengan air pada suhu
90°C selama
30
menit Pembuatan:
Campur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya,
panaskan di atas tangas air selama
30 menit terhitung mulai suhu mencapai 90°C sambil sekali-kali diaduk. Serkai
selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume dekok yang dikehendaki, kecuali dekok dari simplisia Condurango Cortex yang
harus dilaksanakan setelah didinginkan terlebih dahulu jika tidak ditentukan perbandingan yang lain dan
tidak mengandung bahan berkhasiat keras, maka untuk 100 bagian dekok harus dipergunakan 10
bagian dari bahan dasar atau simplisia. Untuk bahan berikut, digunakan sejumlah yang tertera.
Bunga
Amica 4 bagian
Daun Digitalis 0,5 bagian Kulit Akarlpeka 0,5 bagian Kulit Kina 6 bagian Daun Kumis Kucing 0,5 bagian AkarSenega 4 bagian
Tea (Teh)
Pembuatan sediaan teh untuk tujuan pengobatan banyak dilakukan berdasarkan pengalaman seperti pada pembuatan infus yang dilakukan pada teh
hitam sebagai minuman.
Pembuatan:
Air
mendidih dituangkan ke simplisia diamkan selama 5-10
menit dan saring.
Pada pembuatan sediaan teh, beberapa
hal
periu diperhatikan: Jumlah simplisia dan air
Jumlah dinyatakan dalam takaran gram dan air
dalam takaran ml.
Derajat kehalusan simplisia:
Untuk beberapa
simplisia:
Daun, bunga
dan
herba: rajangan kasar dengan ukuran lebih kurang 4 mm. Kayu, kulit dan akar, rajangan agak kasar dengan ukuran lebih kurang 2,5 mm Buah dan biji digerus atau diserbuk kasar dengan ukuran lebih kurang 2 mm
Simplisia yang mengandung alkaloid dan saponin: serbuk agak halus dengan ukuran lebih kurang 0,5 mm.
Gargarisma dan kolutorium (Obat kumur dan obat cuci mulut) Obat kumur dan obat cuci mulut umumnya mengandung bahan tanaman yang berkhasiat sebagai astringen yang dapat
mengencangkan atau melapisi selaput lendir mulut dan tenggorokan dan tidak dimaksudkan agar obat menjadi pelindung selaput lendir. Obat kumur dan obat cuci mulut dibuat dari sediaan infus, dekok atau tingtur
yang
diencerkan.
Penyimpanan :
Dalam wadah bempa botol berwarna susu atau wadah lain yang sesuai. Pada etiket harus juga tertera:
1. Petunjuk pengenceran sebelum digunakan
2. “Hanya untuk kumur, tidak boleh ditelan”.
Sirupi (Sirup)
Sirup adalah sediaan berupa larutan dari atau yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakrosa
tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,0 %.
Pembuatan:
Kecuali dinyatakan lain, sirup dibuat sebagai berikut: Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan
gula, jika perlu didihkan hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot
yang dikehendaki, buang busa yang teijadi, serkai.
Pada pembuatan sirup dari simplisia
yang
mengandung glikosida antrakinon, ditambahkan natrium karbonat sejumlah 10% bobot simplisia.
Kecuali dinyatakan
lain, pada pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben
0,25% b/v atau pengawet lain yang sesuai.
Tinctura (Tingtur)
Tingtur adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara maserasi atau perkolasi simplisia dalam pelarut yang tertera pada masing-masing monografi. Kecuali dinyatakan lain, tingtur dibuat menggunakan
20%
zat
khasiat dan 10% untuk zat khasiat
keras.
Pembuatan:
Maserasi:
Kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut:
Masukkan 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok ke dalam sebuah bejana, tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan selama 5 hari terlindung dari
cahaya sambil sering diaduk, serkai, per as, cuci ampas dengan cairan penyari secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam bejana tertutup, biarkan di tempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama 2 hari. Enap tuangkan atau saring.
Perkolasi:
Kecuali dinyatakan lain, lakukan sebagai berikut:
Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, masukkan ke dalam bejana tertutup sekurang-kurangnya
selama 3 jam. Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke
dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati- hati, tuangi dengan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan cairan
menetes dengan kecepatan lml per menit, tambahkan berulang-ulang cairan
penyari secukupnya
sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia, hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Peras massa, campurkan
cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke dalam sebuah
bejana, tutup, biarkan selama 2 hari di tempat sejuk,
terlindung dari cahaya Enap tuangkan atau saring. Jika dalam monografi tertera penetapan
kadar, setelah
diperoleh 80 bagian perkolat, tetapkan kadarnya Atur kadar hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan penyari secukupnya
Extracta
(Ekstrak)
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan penyari simplisia menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari langsung.
Ekstrak kering harus mudah
digerus menjadi serbuk.
Cairan penyari.
Sebagai cairan penyari digunakan air, eter, etanol atau campuran etanol dan air.
Pembuatan:
Penyarian:
Penyarian simplisia dengan
cara
maserasi,
perkolasi atau
penyeduhan
dengan air
mendidih. Penyarian dengan campuran etanol dan air dilakukan dengan-cara maserasi atau perkolasi. Penyarian
dengan eter
dilakukan dengan cara
perkolasi.
Maserasi:
Lakukan maserasi menurut cara yang tertera pada Tinctura. Suling atau uapkan maserat pada
tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50°C hingga konsistensi yang dikehendaki.
Perkolasi:
Lakukan perkolasi menurut cara yang tertera
pada
Tinctura. Setelah perkolator
ditutup dan dibiarkan selama 24 jam, biarkan
cairan menetes, tuangi massa dengan cairan
penyari hingga jika 500 mg
perkolat yang keluar terakhir diuapkan, tidak meninggalkan sisa. Perkolat disuling atau diuapkan dengan
tekanan rendah pada suhu
tidak lebih dari 50°C hingga konsistensi yang dikehendaki. Pada pembuatan ekstrak cair, 0,8 bagian perkolat pertama dipisahkan, perkolat selanjutnya diuapkan hingga 0,2 bag ian, campur
dengan perkolat
pertama. Pembuatan ekstrak cair dengan penyari etanol, dapat
juga dilakukan dengan cara reperkolasi tanpa menggunakan panas.
Ekstrak yang diperoleh dengan penyari air.:
Hangatkan segera pada suhu lebih kurang 90°C, enapkan, serkai. Uapkan serkaian pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih dari 50°C hingga bobot sama dengan bobot simplisia yang digunakan.
Enapkan di tempat sejuk selama 24 jam, serkai, uapkan pada tekanan rendah pada suhu tidak lebih
dari 50°C hingga
konsistensi yang dikehendaki.
Ekstrak (air dengan penyari etanol):
Hasil akhir harus dibiarkan di tempat sejuk selama 1 bulan, kemudian disaring sambil mencegah
penguapan.
Pustaka
1 Dr. C J'. Van Duin. Ilmu Resep, PT Soeroengan, Edisi 2, 1954, Jakarta, 73-79.
2 Anon vmous. Parmacopee Belanda, Edisi V, 188-189.
3 Andrew Chevallier
Mnimh, The Encyclopedia of Medicinal Plants, Dorling Kindersley, 290-291.
4 Departemen Kesehatan RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi III, Jakarta.